Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Example floating
Example floating
Example 728x250
Berita UtamaDaerahKabupaten Halmahera BaratTerbaru

Jong Halmahera: KPU Halbar Terkesan Mengada- Ngada. Perlu Belajar Lagi

76
×

Jong Halmahera: KPU Halbar Terkesan Mengada- Ngada. Perlu Belajar Lagi

Sebarkan artikel ini

Relasipublik.com- Jailolo: Debat Terbuka antar calon Bupati dan Wakil Bupati Halmahera Barat Tahun 2020 yang dilangsungkan di hotel Sahid Bella kota Ternate, Rabu (28/10) oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Halmahera Barat, menuai sorotan dari Jong Halmahera 1914.

M. Nofrizal Amir selaku Ketua Jong Halmahera 1914 mengatakan, alasan KPU melalui pernyataan Yanto Hasan, jelas hanya alibi dan terkesan mengada-ada. Dengan alasan KPU harus menyesuaikan dengan jadwal RRI di Ternate, sehingga mengisyaratkan jikalau KPU gagal paham akan dasar pemanfaatan media komunikasi sebagai media yang efektif dalam menyalurkan informasi ke publik.

“Dasar KPU memilih tempat di Ternate itu apa? dan media komunikasi yang digunakan RRI itu apa? apalagi channel YouTube RRI itu apa? Sehingga jangan membuat alasan yang menjadikan KPU terlihat seperti lembaga yang tak mengerti pemanfaatan media komunikasi,”Ucap Nofrizal, yang juga mantan dosen Ilmu Komunikasi di Universitas Ibnu Chaldun Jakarta

Lanjut Nofrizal, jika KPU menganggap media yang menyiarkan melalui channel YouTube-nya efektif dalam menyalurkan informasi bagi masyarakat Halmahera Barat untuk dapat menyaksikan jalannya Debat, maka KPU harus memiliki dasar yang jelas.

“Nalarnya begini, masyarakat berkepentingan menyaksikan jalannya debat calon pemimpinnya secara audio-visual, sedangkan media yang disediakan KPU adalah media sosial YouTube, untuk mengakses media sosial YouTube saja masyarakat membutuhkan akses atau sambungan internet yang stabil. Padahal KPU lupa ya, bahwa di Halbar untuk layanan akses internet saja itu masih belum merata di beberapa kecamatan? Atau KPU bikin diri lupa? bahkan pura-pura lupa ya? Jika layanan akses internet merupakan teknologi yang terbilang cukup mahal untuk dinikmati oleh sebagian besar masyarakat. Apalagi media sosial yang digunakan adalah YouTube yang sistem jaringannya memerlukan sambungan internet yang kuat,”Paparnya

Hal ini semakin diperburuk. Lanjut Nofrizal, dengan ketiadaan media sosial seperti akun Facebook atau laman Fanpage milik KPU yang menyiarkan secara langsung jalannya debat.

“Dan setelah saya periksa, laman Facebook yang dimiliki KPU pun tidak prabayar alias gratis. Bahkan satu hal yang harus dikritisi adalah ketepatan pemilihan kata (diksi) tema yang jika di analisa secara seksama, sangat tautologis. Artinya, penempatan kata yang tidak perlu dimasukkan kedalam tema, malah dimasukkan, sehingga KPU perlu belajar lagi tentang metodologi, agar kata yang bersifat tautologis tidak terjadi dalam merumuskan sebuah tema berdasarkan variabel yang digunakan,”(red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *